Bisa didapat di kota-kota Anda terdekat. hubungi Agen Kami.. |
Salafi Wahabi : Membuat klaim "Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Shahihah"
d. Dalam Masalah Fatwa-fatwa Mereka
Pada
Ramadlan tahun 1419 H, Salafi Wahabi menjalankan puasa hanya 28 hari.
Demikianlah Dewan Fatwa Saudi Arabia memutuskan bahwa puasa Ramadlan tahun itu
hanya berjumlah 28 hari. Pertanyaannya adalah, dalil apa yang kalian gunakan,
wahai Salafi Wahabi, sehingga Ramadhan hanya 28 hari ? pada kesempatan itu,
Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi, ulama terkemuka timur tengah mengingatkan umat
Islam untuk jangan berpuasa selama 28 hari, tetapi 29 atau 30 hari. Akan
tetapi, kalian tidak menggubris peringatan Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi itu.
Padahal, Rasulullah Saw. selama hidupnya tidak pernah berpuasa selama 28 hari.
Lalu, ajaran siapakah yang kalian ikut ? apakah itu berdasarkan Al-Qur'an dan
Sunnah ?! tidak sama sekali, itu adalah bid'ah yang nyata.
Begitu juga
dengan pelaksanaan ibadah haji, dalil apa yang kalian gunakan, wahai Salafi
Wahabi, sehingga waktu wukuf di Padang Arafah jatuh pada tanggal 8 atau bahkan
10 Dzulhijjah ? seperti yang terjadi pada tahun 1415 Hijriah, pada tahun itu
kalian membatalkan system penanggalan yang kalian buat sendiri dengan
memundurkan satu hari bulan Dzulhijjah, padahal saat itu kalian sudah masuk di
hari ke-6 bulan Dzulhijjah. Ada apa dengan 6 hari sebelumnya? Kenapa baru sadar
setelah berselang 6 hari kemudian? Masih belum jelaskah posisi bulan setelah 6
hari? haruskah seperti itu setiap bulannya?
Masalah
yang sama juga terjadi untuk haji tahun 1419 Hujriah/1999 M, mereka telah
memajukan waktu satu hari untuk wukuf di Arafah. Dengan begitu beraninya mereka
memutuskan bahwa, awal bulan Dzulhijjah jatuh pada hari Kamis tanggal 17 Maret
1999, atau setelah 29 hari bulan Dzulqa'dah. Padahal seluruh ilmuan falak saat
itu menyatakan, mustahil Hilal dapat dilihat pada waktu Ghurub (terbenam
matahari) di sore itu, karena ijtima'-nya pun terjadi pada pukul 21:50
waktu Saudi, atau tiga Jam lebih setelah waktu ghurub di Saudi Arabia. Kasusyang sama juga terjadi untuk hilal Ramadhan tanggal 29 Desember 1997.
Pertanyaannya
adalah, atas dasar apa kalian menentukan jatuhnya awal bulan Dzulhijjah pada
hari Kamis tanggal 17 Maret 1999? Padahal bulan Dzulqa'dah baru berjalan 29
hari dan ijtima' sangat mustahil terjadi kecuali setelah 3 jam lebih
melewati maghrib, yang berarti malam itu masih bulan Dzulqa'dah! Dalil
Al-Qur'an atau hadits mana yang kalian pakai? Bukankah ini bid'ah yang
nyata?! Karena, tidak ada seorangpun yang dapat meru'yah hilal dengan mata
telanjang pada maghrib itu di seluruh dunia! Itu adalah bentuk kecerobohan,
jika tidak disebut kebodohan atau mempermainkan agama. Namun ironisnya, hal itu
terjadi berulang-ulang, baik yang ditutup-tutupi maupun yang ketahuan. Masihkah
kalian mengatakan "Kami berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah"?
Oleh karena
itu, wahai kaum muslimin, kita harus berhati-hati dari mengikuti puasa dan haji
yang Salafi Wahabi tetapkan jika kita ingin mengikuti ajaran Rasulullah Saw.
Demikianlah,
dari fatwa-fatwa tersebut, dan juga fatwa-fatwa nyeleneh mereka yang sangat
jauh dari ajaran Islam –sebagaimana panjang lebar telah disinggung dalam buku
ini- gugurlah slogan " berdasarkan kepada Al-Qur'an dan Sunnah
Shahihah" yang mereka klaim selama ini.
Salafi
Wahabi : Memiliki Kesamaan dengan Khawarij
Kelompok
"Salafi Kontemporer" yang dipelopori oleh Ibnu Taimiyah mrupakan
sempalan dari Mazhab Imam Ahmad ibnu Hanbal. Disebut sempalan, karena faham itu
tidak sama lagi dengan Mazhab Imam Ahmad ibnu Hanbal, bahkan terlalu tajam
perbedaannya. Kemudian, faham-faham sesat Ibnu Taimiyah itu dilanjutkan oleh
Salafi Wahabi, dengan dikomandani oleh Muhammad ibnu Abdul Wahhab an-Najdi pada
dua ratus tahun silam.
Al-Allamah
al-Faqih Syaikh
Ridhwan El-Adl Bebris asy-Syafi'I al-Mashri, dalam kitabnya Raudhatu
al-Muhtajin li Ma'rifati Qawaidi ad-Din, mengatakan :
"Setelah
Ibnu Taimiyah, timbul Muhammad ibnu Abdul Wahhab pada abad ke-12 mengikuti jejak
Ibnu Taimiyah, bahkan tambah parah dan bengis. Dia pendiri sekte Wahabi, semoga
Allah menghinakannya. Saudara kandungnya sendiri, yakni Syaikh Sulaiman
ibnu Abdul Wahhab yang merupakan seorang yang alim, pun sangat mengingkari
fahamnya yang sesat itu dan menolak semua bid'ah yang dia lakukan."
Tidak
berlebihan kiranya jika sebagian orang beranggapan bahwa kaum Salfi Wahabi memiliki
banyak kemiripan dengan kelompok Khawarij. Dilihat dari sejarah yang pernah
ada, kelompok Khawarij adalah kelompok yang sangat mirip sepak terjang dan
pemikirannya dengan kelompok Salafi Wahabi. Oleh karenanya, bisa dikatakan
bahwa kelompok Salafi Wahabi adalah pengejawantahan kelompok Khawarij di masa
sekarang ini. Di sini, secara singkat bisa disebutkan beberapa sisi kesamaan
antara kelompok Salafi Wahabi dengan golongan Khawarij yang telah dicela dan
diingatkan oleh Rasulullah Saw., di mana Rasul member julukan golongan sesat
itu (Khawarij) dengan sebutan "mariqin", yang berarti 'keluar'
dari Islam sebagaimana anak panah tembus keluar dari (badan) binatang
buruannya.
Paling
tidak, ada tujuh kesamaan antara golongan Salafi Wahabi dengan Khawarij yang
bisa disebutkan, yaitu :
Pertama,
sebagaimana kelompok Khawarij denagn mudah menuduh seorang muslim engansebutan
kafir, kelompok Salafi Wahabi sangat mudah menuduh seorang muslim sebagai
pelaku syirik, bid'ah, khurafat, dan takhayul. Semua tuduhan Salafi Wahabi itu
tidak lebih merupakan "kata halus" dari pengkafiran, walaupun dalam
beberapa hal memiliki kesamaan dalam konsekuensi hukumnya. Lebih dari itu,
sebagian dari mereka pun gemar sekali mengkafirkan siapa saja yang mempunyai
sikap atau pemahaman berbeda dari mereka, dan tidak segan-segan membunuh
siapapun yang dikafirkan itu.
Kedua, sebagaimana kelompok Khawarij
memahami Al-Qur'an dan hadits secara harfiyah dan kaku, klompok Salafi Wahabi
pun memiliki pemahaman yang sama. Mereka sangat letterlijk dan kaku
dalam memahami teks-teks agama, sehingga cenderung terjerumus dalam
memahaminya.
Ketiga, sebagaimana kelompok Khawarij
disifati sebagaimana oleh hadits Nabi sebagai "pembunuh umat Islam, sedang
para penyembah berhala mereka biarkan", maka sejarah telah membuktikan
bahwa kelompok Salafi Wahabi pun telah melaksanakan perilaku keji semacam itu,
sebagaimana telah kita kupas di muka.
Keempat,
sebagaimana kelompok Khawarij memiliki banyak keyakinan yang aneh dan keluar
dari ksepakatan mayoritas kaum Muslimin, Kaum Salafi Wahabi pun memiliki
kekhususan yang sama. Misalnya, Salafi Wahabi menuduh kaum muslim yang
berziarah kubur Rasulullah dengan sebutan syirik, bid'ah, khurafat dan
takhayul, padahal mayoritas ulama menyatakan bahwa ziarah kubur Nabi Saw.
merupakan suatu bentuk qurbah (ibadah).
Kelima, sebagaimana kelompok Khawarij
memiliki jiwa jumud (kaku), mempersulit diri dan mempersempit luang lingkup
pemahaman ajaran agama, maka kaum Salafi Wahabi pun mempunyai kendala yang
sama. Banyak hal mereka anggap bid'ah dan syirik, namun dalam penentuannya
mereka tidak memiliki tolak ukur yang jelas dan kuat, bahkan mreka tidak berani
untuk mempertanggungjawabkan tuduhannya tersebut dengan berdiskusi terbuka
dengan kelompok-kelompok yang dianggap sesat. Kita dapat lihat, misalnya,
blog-blog dan situs-situs kelompok Salafi Wahabi tidak pernah ada forum diskusi
terbuka.
Keenam, sebagaimana kelompok Khawarij telah
keluar dari Islam dikarenakan ajaran-ajaran yang menyimpang, maka Wahabi pun
memiliki penyimpangan yang sama. Oleh karena itu, ada beberapa hadits tentang
Khawarij yang diriwayatkan Bukhari dalam kitab Shahihnya, yang dapat pula
diterapkan pada kelompok Wahabi. Di antaranya adalah sabda Nabi Saw.,
"Beberapa orang akan muncul dari belahan bumi sebelah timur. Mereka
membaca Al-Qur'an, tetapi (bacaan tadi) tedak melebihi batas tenggorokan.
Mereka telah keluar dari agama Islam, sebagaimana anak panah tembus keluar dari
(badan) binatang buruannya (sehingga tidak mungkin kembali lagi). Tanda-tanda
mereka, mencukur habis rambut kepala", dan hadits-hadits lain yang telah
kita kapus panjang lebar di muka.
Ketujuh, sebagaimana kelompok Khawarij
meyakini bahwa "Negara muslim" (Dar al-Salam) jika penduduknya
banyak melakukan dosa besar maka dapat dikatagorikan "Negara zona
perang" (Dar al-Harb), kelompok radikal Saafi Wahabi pun meyakini
hal tersebut. Sekarang ini, kita dapat melihat bagaimana kelompok-kelompok
radikal Salafi wahabi melakukan aksi teror di berbagai tempat, yang tidak
jarang kaum muslimin juga menjadi korbannya.
Salafi
Wahabi : Melakukan Upaya Pembenaran Sikap Mereka dalam menyerang, mencaci maki,
men-tahzir (menghajar), membid'ahkan, bahkan memusyrikan dan
mengkafirkan sebagian umat dengan berbagai dalil agama yang tidak pada
tempatnya.
Wahai
Saudaraku Kaum Salafi Wahabi, lupakah kalian dengan tuntunan Islam yang
mengajarkan sikap lemah lembut, santun, bijaksana, hikmah dan kasih sayang?
Padahal, itulah ajaran islam yang sesungguhnya, karena ajaran Islam tidak akan
keluar fitrah manusia yang cinta damai dan kasih sayang.
Wahai
saudaraku, jika kalian lupa, inilah dalil-dalil Al-Qur'an tentang lemah lembut
dalam berdakwah:
1. ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ
هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125)
Allah Swt. Berfirman, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat pentunjuk." (QS. An-Nahl [16] : 125).
Allah Swt. Berfirman, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat pentunjuk." (QS. An-Nahl [16] : 125).
Catatan penting dari ayat yang mulia ini: Pertama, dalam menyeru
dan berdakwah ke jalan Allah hendaklah dengan cara yang baik, hikmah dan bijak.
Kedua, kala harus membantah atau mengkritik orang lain, maka hendaklah
dengan cara yang lebih baik (ahsan) daripada saat kita berdakwah. Ketiga,
hanya Allah Swt. Yang lebih mengetahui siapa yang benar dan siapa yang tersesat
di antara kita.
2. يقول الحق جل وعلا في شأن سيد الأولين والآخرين من
بني آدم سيدنا محمد صلي الله عليه وسلم
: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ } ( آل عمران : 159 )
Allah Swt. Berfirman, "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali-'Imran [3]: 159).
: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ } ( آل عمران : 159 )
Allah Swt. Berfirman, "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali-'Imran [3]: 159).
3. وإما تعرضن عنهم ابتغاء رحمة من ربك ترجوها فَقُل لهم قولا ميسورا
Allah Swt. Berfirman, "Maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas." (QS. Al-Isra' : 28).
Allah Swt. Berfirman, "Maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas." (QS. Al-Isra' : 28).
4. وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْـزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ
عَدُوًّا مُبِينًا
Allah Swt. Berfirman, "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku; hendaklah mereka mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik." (QS. Al-Isra' : 53).
Allah Swt. Berfirman, "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku; hendaklah mereka mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik." (QS. Al-Isra' : 53).
5. اذهبا إلى فرعون إنه
طغى فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى
Allah Swt. Berfirman, "Maka katakanlah olehmu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lebih lembut, mudah-mudahan ia ingat dan takut." (QS. Thaha: 44).
Berkaitan dengan ayat ini, ada sebuah kisah
menarik. Diceritakan bahwa suatu ketika Khalifah Harun ar-Rasyid –Rahimahullah-
mengerjakan thawaf di Ka'bah. Lalu, datanglah seseorang yang mengenalnya dan
berkata, "Wahai, Harun, aku akan berbicara padamu dan akan menekanmu, aku
adalah pemberi nasihat bagimu." (Kemudian orang tersebut mengucapkan
kata-kata kasar dalam nasihatnya itu). Maka, Harun ar-Rasyid pun berkata,
"Wahai fulan, aku tidak lebih buruk daripada Fir'aun dan engkau tidak
lebih baik daripada Musa a.s., sedangkan Allah Swt. Telah memerintahkan Musa
untuk berkata kepada Fir'aun dengan perkataan yang lembut." (Tarikh
at-Thabari, V/22).Allah Swt. Berfirman, "Maka katakanlah olehmu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lebih lembut, mudah-mudahan ia ingat dan takut." (QS. Thaha: 44).
Cetakan XI tahun 2011. Dapatkan segera di Agen-agen kami. Persedian terbatas. |