Senin, 31 Oktober 2011

Sejarah Berdarah sekte Salafi Wahabi (part 2)

Bisa didapat di kota-kota Anda terdekat. hubungi Agen Kami..


Salafi Wahabi :  Membuat klaim "Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Shahihah"
 d. Dalam Masalah Fatwa-fatwa Mereka
Pada Ramadlan tahun 1419 H, Salafi Wahabi menjalankan puasa hanya 28 hari. Demikianlah Dewan Fatwa Saudi Arabia memutuskan bahwa puasa Ramadlan tahun itu hanya berjumlah 28 hari. Pertanyaannya adalah, dalil apa yang kalian gunakan, wahai Salafi Wahabi, sehingga Ramadhan hanya 28 hari ? pada kesempatan itu, Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi, ulama terkemuka timur tengah mengingatkan umat Islam untuk jangan berpuasa selama 28 hari, tetapi 29 atau 30 hari. Akan tetapi, kalian tidak menggubris peringatan Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi itu. Padahal, Rasulullah Saw. selama hidupnya tidak pernah berpuasa selama 28 hari. Lalu, ajaran siapakah yang kalian ikut ? apakah itu berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah ?! tidak sama sekali, itu adalah bid'ah yang nyata.
Begitu juga dengan pelaksanaan ibadah haji, dalil apa yang kalian gunakan, wahai Salafi Wahabi, sehingga waktu wukuf di Padang Arafah jatuh pada tanggal 8 atau bahkan 10 Dzulhijjah ? seperti yang terjadi pada tahun 1415 Hijriah, pada tahun itu kalian membatalkan system penanggalan yang kalian buat sendiri dengan memundurkan satu hari bulan Dzulhijjah, padahal saat itu kalian sudah masuk di hari ke-6 bulan Dzulhijjah. Ada apa dengan 6 hari sebelumnya? Kenapa baru sadar setelah berselang 6 hari kemudian? Masih belum jelaskah posisi bulan setelah 6 hari? haruskah seperti itu setiap bulannya?
Masalah yang sama juga terjadi untuk haji tahun 1419 Hujriah/1999 M, mereka telah memajukan waktu satu hari untuk wukuf di Arafah. Dengan begitu beraninya mereka memutuskan bahwa, awal bulan Dzulhijjah jatuh pada hari Kamis tanggal 17 Maret 1999, atau setelah 29 hari bulan Dzulqa'dah. Padahal seluruh ilmuan falak saat itu menyatakan, mustahil Hilal dapat dilihat pada waktu Ghurub (terbenam matahari) di sore itu, karena ijtima'-nya pun terjadi pada pukul 21:50 waktu Saudi, atau tiga Jam lebih setelah waktu ghurub di Saudi Arabia. Kasusyang sama juga terjadi untuk hilal Ramadhan tanggal 29 Desember 1997.
Pertanyaannya adalah, atas dasar apa kalian menentukan jatuhnya awal bulan Dzulhijjah pada hari Kamis tanggal 17 Maret 1999? Padahal bulan Dzulqa'dah baru berjalan 29 hari dan ijtima' sangat mustahil terjadi kecuali setelah 3 jam lebih melewati maghrib, yang berarti malam itu masih bulan Dzulqa'dah! Dalil Al-Qur'an atau hadits mana yang kalian pakai? Bukankah ini bid'ah yang nyata?! Karena, tidak ada seorangpun yang dapat meru'yah hilal dengan mata telanjang pada maghrib itu di seluruh dunia! Itu adalah bentuk kecerobohan, jika tidak disebut kebodohan atau mempermainkan agama. Namun ironisnya, hal itu terjadi berulang-ulang, baik yang ditutup-tutupi maupun yang ketahuan. Masihkah kalian mengatakan "Kami berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah"?
Oleh karena itu, wahai kaum muslimin, kita harus berhati-hati dari mengikuti puasa dan haji yang Salafi Wahabi tetapkan jika kita ingin mengikuti ajaran Rasulullah Saw.
Demikianlah, dari fatwa-fatwa tersebut, dan juga fatwa-fatwa nyeleneh mereka yang sangat jauh dari ajaran Islam –sebagaimana panjang lebar telah disinggung dalam buku ini- gugurlah slogan " berdasarkan kepada Al-Qur'an dan Sunnah Shahihah" yang mereka klaim selama ini.
Salafi Wahabi : Memiliki Kesamaan dengan Khawarij
Kelompok "Salafi Kontemporer" yang dipelopori oleh Ibnu Taimiyah mrupakan sempalan dari Mazhab Imam Ahmad ibnu Hanbal. Disebut sempalan, karena faham itu tidak sama lagi dengan Mazhab Imam Ahmad ibnu Hanbal, bahkan terlalu tajam perbedaannya. Kemudian, faham-faham sesat Ibnu Taimiyah itu dilanjutkan oleh Salafi Wahabi, dengan dikomandani oleh Muhammad ibnu Abdul Wahhab an-Najdi pada dua ratus tahun silam.
Al-Allamah al-Faqih Syaikh Ridhwan El-Adl Bebris asy-Syafi'I al-Mashri, dalam kitabnya Raudhatu al-Muhtajin li Ma'rifati Qawaidi ad-Din, mengatakan :
"Setelah Ibnu Taimiyah, timbul Muhammad ibnu Abdul Wahhab pada abad ke-12 mengikuti jejak Ibnu Taimiyah, bahkan tambah parah dan bengis. Dia pendiri sekte Wahabi, semoga Allah menghinakannya. Saudara kandungnya sendiri, yakni Syaikh Sulaiman ibnu Abdul Wahhab yang merupakan seorang yang alim, pun sangat mengingkari fahamnya yang sesat itu dan menolak semua bid'ah yang dia lakukan."
Tidak berlebihan kiranya jika sebagian orang beranggapan bahwa kaum Salfi Wahabi memiliki banyak kemiripan dengan kelompok Khawarij. Dilihat dari sejarah yang pernah ada, kelompok Khawarij adalah kelompok yang sangat mirip sepak terjang dan pemikirannya dengan kelompok Salafi Wahabi. Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa kelompok Salafi Wahabi adalah pengejawantahan kelompok Khawarij di masa sekarang ini. Di sini, secara singkat bisa disebutkan beberapa sisi kesamaan antara kelompok Salafi Wahabi dengan golongan Khawarij yang telah dicela dan diingatkan oleh Rasulullah Saw., di mana Rasul member julukan golongan sesat itu (Khawarij) dengan sebutan "mariqin", yang berarti 'keluar' dari Islam sebagaimana anak panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya.
Paling tidak, ada tujuh kesamaan antara golongan Salafi Wahabi dengan Khawarij yang bisa disebutkan, yaitu :
Pertama, sebagaimana kelompok Khawarij denagn mudah menuduh seorang muslim engansebutan kafir, kelompok Salafi Wahabi sangat mudah menuduh seorang muslim sebagai pelaku syirik, bid'ah, khurafat, dan takhayul. Semua tuduhan Salafi Wahabi itu tidak lebih merupakan "kata halus" dari pengkafiran, walaupun dalam beberapa hal memiliki kesamaan dalam konsekuensi hukumnya. Lebih dari itu, sebagian dari mereka pun gemar sekali mengkafirkan siapa saja yang mempunyai sikap atau pemahaman berbeda dari mereka, dan tidak segan-segan membunuh siapapun yang dikafirkan itu.
Kedua, sebagaimana kelompok Khawarij memahami Al-Qur'an dan hadits secara harfiyah dan kaku, klompok Salafi Wahabi pun memiliki pemahaman yang sama. Mereka sangat letterlijk dan kaku dalam memahami teks-teks agama, sehingga cenderung terjerumus dalam memahaminya.
Ketiga, sebagaimana kelompok Khawarij disifati sebagaimana oleh hadits Nabi sebagai "pembunuh umat Islam, sedang para penyembah berhala mereka biarkan", maka sejarah telah membuktikan bahwa kelompok Salafi Wahabi pun telah melaksanakan perilaku keji semacam itu, sebagaimana telah kita kupas di muka.
Keempat, sebagaimana kelompok Khawarij memiliki banyak keyakinan yang aneh dan keluar dari ksepakatan mayoritas kaum Muslimin, Kaum Salafi Wahabi pun memiliki kekhususan yang sama. Misalnya, Salafi Wahabi menuduh kaum muslim yang berziarah kubur Rasulullah dengan sebutan syirik, bid'ah, khurafat dan takhayul, padahal mayoritas ulama menyatakan bahwa ziarah kubur Nabi Saw. merupakan suatu bentuk qurbah (ibadah).
Kelima, sebagaimana kelompok Khawarij memiliki jiwa jumud (kaku), mempersulit diri dan mempersempit luang lingkup pemahaman ajaran agama, maka kaum Salafi Wahabi pun mempunyai kendala yang sama. Banyak hal mereka anggap bid'ah dan syirik, namun dalam penentuannya mereka tidak memiliki tolak ukur yang jelas dan kuat, bahkan mreka tidak berani untuk mempertanggungjawabkan tuduhannya tersebut dengan berdiskusi terbuka dengan kelompok-kelompok yang dianggap sesat. Kita dapat lihat, misalnya, blog-blog dan situs-situs kelompok Salafi Wahabi tidak pernah ada forum diskusi terbuka.
Keenam, sebagaimana kelompok Khawarij telah keluar dari Islam dikarenakan ajaran-ajaran yang menyimpang, maka Wahabi pun memiliki penyimpangan yang sama. Oleh karena itu, ada beberapa hadits tentang Khawarij yang diriwayatkan Bukhari dalam kitab Shahihnya, yang dapat pula diterapkan pada kelompok Wahabi. Di antaranya adalah sabda Nabi Saw., "Beberapa orang akan muncul dari belahan bumi sebelah timur. Mereka membaca Al-Qur'an, tetapi (bacaan tadi) tedak melebihi batas tenggorokan. Mereka telah keluar dari agama Islam, sebagaimana anak panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya (sehingga tidak mungkin kembali lagi). Tanda-tanda mereka, mencukur habis rambut kepala", dan hadits-hadits lain yang telah kita kapus panjang lebar di muka.
Ketujuh, sebagaimana kelompok Khawarij meyakini bahwa "Negara muslim" (Dar al-Salam) jika penduduknya banyak melakukan dosa besar maka dapat dikatagorikan "Negara zona perang" (Dar al-Harb), kelompok radikal Saafi Wahabi pun meyakini hal tersebut. Sekarang ini, kita dapat melihat bagaimana kelompok-kelompok radikal Salafi wahabi melakukan aksi teror di berbagai tempat, yang tidak jarang kaum muslimin juga menjadi korbannya.


Salafi Wahabi : Melakukan Upaya Pembenaran Sikap Mereka dalam menyerang, mencaci maki, men-tahzir (menghajar), membid'ahkan, bahkan memusyrikan dan mengkafirkan sebagian umat dengan berbagai dalil agama yang tidak pada tempatnya.
Wahai Saudaraku Kaum Salafi Wahabi, lupakah kalian dengan tuntunan Islam yang mengajarkan sikap lemah lembut, santun, bijaksana, hikmah dan kasih sayang? Padahal, itulah ajaran islam yang sesungguhnya, karena ajaran Islam tidak akan keluar fitrah manusia yang cinta damai dan kasih sayang.
Wahai saudaraku, jika kalian lupa, inilah dalil-dalil Al-Qur'an tentang lemah lembut dalam berdakwah:
1.      ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ  (125)                                                                    

Allah Swt. Berfirman, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat pentunjuk." (QS. An-Nahl [16] : 125).
Catatan penting dari ayat yang mulia ini: Pertama, dalam menyeru dan berdakwah ke jalan Allah hendaklah dengan cara yang baik, hikmah dan bijak. Kedua, kala harus membantah atau mengkritik orang lain, maka hendaklah dengan cara yang lebih baik (ahsan) daripada saat kita berdakwah. Ketiga, hanya Allah Swt. Yang lebih mengetahui siapa yang benar dan siapa yang tersesat di antara kita.
2.      يقول الحق جل وعلا في شأن سيد الأولين والآخرين من بني آدم سيدنا محمد صلي الله عليه وسلم
     :   فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ } ( آل عمران : 159 ) 

Allah Swt. Berfirman, "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali-'Imran [3]: 159).
3.     وإما تعرضن عنهم ابتغاء رحمة من ربك ترجوها فَقُل لهم قولا ميسورا

  Allah Swt. Berfirman, "Maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas." (QS. Al-Isra' : 28).
4.      وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْـزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا 

Allah Swt. Berfirman, "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku; hendaklah mereka mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik." (QS. Al-Isra' : 53).
5.    اذهبا إلى فرعون إنه طغى فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى

   Allah Swt. Berfirman, "Maka katakanlah olehmu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lebih lembut, mudah-mudahan ia ingat dan takut." (QS. Thaha: 44).
Berkaitan dengan ayat ini, ada sebuah kisah menarik. Diceritakan bahwa suatu ketika Khalifah Harun ar-Rasyid –Rahimahullah- mengerjakan thawaf di Ka'bah. Lalu, datanglah seseorang yang mengenalnya dan berkata, "Wahai, Harun, aku akan berbicara padamu dan akan menekanmu, aku adalah pemberi nasihat bagimu." (Kemudian orang tersebut mengucapkan kata-kata kasar dalam nasihatnya itu). Maka, Harun ar-Rasyid pun berkata, "Wahai fulan, aku tidak lebih buruk daripada Fir'aun dan engkau tidak lebih baik daripada Musa a.s., sedangkan Allah Swt. Telah memerintahkan Musa untuk berkata kepada Fir'aun dengan perkataan yang lembut." (Tarikh at-Thabari, V/22).


Cetakan XI tahun 2011. Dapatkan segera di Agen-agen kami. Persedian terbatas.

1 komentar:

  1. Assalamu`alaikum...
    Alhamdulillah.... Terimakasih
    Sejarah seperti ini yang sangaaat kami cari....
    Terimaksih semoga Alloh membalas kebaikan Anda Amiin

    BalasHapus